Minggu, 22 April 2012

AKTIVIS ATAU KUPU-KUPU? (MAHASISWA, BERIFIKIRLAH!)

RUMAHTUJUH - Seorang mahasiswi dengan dandanan mencolok sedang duduk di kursi tunggu depan kantor Program Studi Ilmu Komunikasi UPN Veteran Yogyakarta siang itu. Sambil membaca buku panduan input mata kuliah, sesekali ia menyeka keringat akibat cuaca Jogja yang sedang tidak bersahabat. Tak lama kemudian datang seorang mahasiswa lain duduk di sampingnya lalu memulai perbincangan mengenai  Job Training  dan skripsi, seolah tak ada urusan di luar kuliah yang menarik perhatian mereka. Tak lama berselang, dua orang mahasiswa dengan pakaian ‘Asal Boleh Masuk Kelas’ keluar dari dalam kantor sambil membawa beberapa surat ijin peminjaman alat dan proposal acara tahunan. Wajah berminyak dan mata berkantung menggambarkan betapa mereka baru saja lembur menyelesaikan urusan organisasi dan belum sempat mandi pagi.

Bagi dua mahasiswa dengan mata berkantung tadi, kuliah memang penting, namun program kerja organisasi yang mereka ikuti juga bukan hal yang bisa ditinggalkan begitu saja. Malah kebanyakan dari mereka mengerjakan segala urusan organisasi dengan sepenuh hati, namun mengerjakan tugas kuliah dengan todongan pisau Nilai C bahkan E di leher. Berbeda dengan mahasiswa yang tidak mengikuti organisasi, fokus mereka hanya pada urusan kuliah dan kelulusan, atau malah kerjaan yang mereka sambi di luar sana.

Di lingkungan kampus Program Studi Ilmu Komunikasi UPN Veteran Yogyakarta terdapat beberapa organisasi yang berdiri dengan idealismenya masing-masing. Semua sama, sebagai tempat pembelajaran dan mengasah kemampuan mahasiswa sesuai dengan konsentrasi organisasinya. AVIKOM (Audio Visual Komunikasi) misalnya. Sebuah organisasi yang bergerak di bidang audio visual sejak tahun 2001 ini merupakan organisasi yang padat kegiatan. Tak ada hari minggu bagi AVIKOM. Tiap detiknya adalah waktu untuk berkarya, sekecil apapun bentuknya. 

Bukan hanya AVIKOM, hampir semua organisasi pasti mempunya doktrinnya sendiri. Total, Loyal dan Konsisten adalah motto yang selalu dikumandangkan AVIKOM dalam setiap nafas produksinya. Dan karena motto itulah, hampir semua anggota yang ada di dalamnya secara tidak langsung mengemban tanggung jawab untuk menjaga, membangun, dan mengembangkan AVIKOM untuk tetap pada jalurnya, mencerdaskan setiap anggotanya agar siap menjadi videografer profesional di segala bidang pekerjaan audio visual. Bahkan lebih.

Kewajiban tadi ditambah dengan tanggung jawab utama, kuliah, membuat daftar kegiatan harian, bulanan, hingga tahunan setiap anggota AVIKOM menjadi semakin penuh. Tidur subuh bangun pagi menjadi kebiasaan yang tak dapat dihilangkan lagi. Belum lagi bila masa produksi datang atau Job dari luar mulai mengantri untuk diselesaikan, bisa tidak mandi bahkan tidur lima hari. Hal ini rela mereka lalui untuk tujuan akhir, menjadi mahasiswa bermental profesional di bidangnya, yang siap terjun di lapangan tak hanya bemodal teori. Dan pada akhirnya segala hal tersebut mulai memakan korban. Sayangnya yang sering menjadi korban adalah kuliah.

Mungkin karena hal di atas, banyak mahasiswa memilih tidak berorganisasi atau berkomunitas. Meski banyak juga mahasiswa yang Cumlaude dengan prestasi organisasi yang cemilang. Mahasiswa kupu-kupu (kuliah-pulang-kuliah-pulang) pun hanya fokus pada kuliah sambil mungkin menyambi pekerjaan untuk menambah kiriman bulanan mereka.  Bagi mereka, organisasi hanya akan membuang-buang waktu, membuat kuliah terhambat dan lulus terlambat. Berkarya di organisasi juga tidak akan mengukir A pada transkrip nilai.

Orangtua menjadi petimbangan lain. Harapan orangtua untuk melihat anaknya cepat lulus membuat alasan menjadi mahasiswa kupu-kupu semakin kuat. Banyak orangtua yang tidak menganggap perlu adanya organisasi kampus yang hanya akan mencetak demonstran, seniman unrated, atau artis lokal dengan mengabaikan segala pengeluaran finansial untuk kuliah anak mereka. Kuliah, lulus, kerja, itu yang diharapkan orangtua untuk anaknya yang sedang menempuh studi sebagai mahasiswa S1. Satu hal yang banyak orangtua lupakan, bahwa banyak orang menjadi sarjana prematur karena prinsip tadi.

Kuliah saja (Kupu-kupu) atau kuliah sambil berorganisasi (Aktivis) adalah pilihan dengan resikonya masing-masing. Tak ada pilihan tanpa resiko, dan mahasiswa harusnya sudah bisa berpikir sendiri. Tentang resiko dan masa depan pilihannya. Bukan salah menjadi mahasiswa kupu-kupu, bukan salah pula menjadi mahasiswa dengan segudang kegiatan non akademiknya. Semua kembali pada tujuan masing-masing. Sebuah pertanyaan besar kemudian muncul. Dengan cara apakah kita menggenggam mimpi kita? Kuliah, Organisasi, atau keduanya? 



Fuadh Naim (153090199)

Tugas Penulisan Berita

4 komentar:

  1. dunia ini keras coy,,
    setelah lulus lebih hebat daripada organisasi gempuran yang akan kamu temui.haha.

    ad, email aku lg link-mu. yg kemaren rusak

    BalasHapus
    Balasan
    1. siap mbak. dtunggu sharingnya ttg dunia luar :)
      link nya segera deh tapi g skg :) masih sbuk tugas ujian hehe. modem jg blm di isi

      Hapus

JANGAN CUMA BACA YA TEMAN, TINGGALKAN JEJAKMU DENGAN BERKOMENTAR (KALAU BISA JANGAN ANONIM YA) MAKASIH